November 7, 2025

Foto: Istimewa

Jakarta, Detik66.com – Indonesia kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu negara paling dermawan di dunia, didukung oleh budaya gotong royong yang kuat serta tradisi memberi yang telah mengakar dalam nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal.

Berdasarkan Laporan World Giving Index 2018s – 2024, Indonesia secara konsisten di peringkat teratas secara global dalam hal tingkat kemurahan hati masyarakat—sebuah pencapaian yang mencerminkan karakter kolektif bangsa dalam menjawab kebutuhan sesama.

Perhimpunan Filantropi Indonesia saat ini telah memiliki lebih dari 250+ organisasi filantropi yang aktif dan terdaftar secara formal, mencakup lembaga zakat, yayasan sosial, program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), hingga berbagai inisiatif komunitas akar rumput. Beberapa tahun terakhir, ekosistem filantropi nasional tumbuh semakin inklusif dan dinamis, ditandai dengan keterlibatan aktor-aktor baru seperti pelaku teknologi, generasi muda, kalangan akademisi, serta diaspora Indonesia di mancanegara. Perkembangan ini menciptakan ruang kolaborasi yang lebih luas dan membuka peluang besar untuk menghadirkan perubahan sosial yang lebih sistemik dan berkelanjutan.

Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor, Filantropi Indonesia 2025 Festival (FIFest2025) resmi dimulai hari ini di Kantor Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Jakarta. Diselenggarakan oleh Perhimpunan Filantropi Indonesia (PFI) bekerja sama dengan Kementerian PPN/Bappenas dengan mengusung tema “Budaya dan Ekosistem Filantropi untuk Dampak Lebih Baik: Membuka Potensi Filantropi untuk SDGs dan Agenda Iklim”.

Dalam sambutannya, Franciscus Welirang, Ketua Dewan Penasihat PFI, menekankan bahwa “Budaya filantropi yang kuat bukan hanya soal memberi, tetapi tentang membangun nilai kepedulian, solidaritas, dan tanggung jawab sosial yang sudah lama hidup dalam masyarakat kita. Namun budaya ini perlu ditopang oleh ekosistem yang sehat agar dampaknya berkelanjutan dan terukur. FIFest2025 adalah momentum konsolidasi energi kolektif kita untuk menjadikan filantropi Indonesia sebagai kekuatan transformatif yang responsif, inklusi, dan berbasiskan nilai kemanusiaan.”

Hal senada disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Rachmat Pambudy, M.S., Menteri PPN/Kepala Bappenas, saat membuka FIFest2025.

“Kerjasama dengan Perhimpunan Filantropi Indonesia sebagai langkah penting untuk memperkuat kemitraan multipihak dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs. Melalui kerja sama ini, Bappenas dan PFI berkomitmen untuk mendorong penyusunan dan pelaksanaan rencana aksi kontribusi filantropi terhadap SDGs,” jelas Rachmat Pambudy, Menteri PPB/Kepala Bappenas saat membuka Fifest2025, Senin (4/8).

FIFest2025 diadakan selama lima hari, dari 4 – 8 Agustus 2025, sebagai ajang kolaboratif yang mempertemukan aktor-aktor filantropi, pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan akademisi. Fifest bertujuan untuk memperkuat budaya dan ekosistem filantropi Indonesia agar semakin strategis dan berdampak dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) dan aksi iklim nasional.

Ketua Badan Pengurus Perhimpunan Filantropi Indonesia, Rizal Algamar, menegaskan bahwa FIFest2025 bukan sekadar festival tahunan, melainkan sebuah panggilan kolektif.

“FIFest2025 bukan sekadar festival, melainkan ruang strategis untuk menyatukan langkah antara pelaku filantropi dan pemerintah. Melalui budaya gotong royong dan ekosistem yang mendukung, kita ingin memastikan bahwa setiap inisiatif memiliki dampak nyata bagi masyarakat dan berkontribusi pada pencapaian SDGs serta visi Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Selain seremoni pembukaan, FIFest2025 juga menyoroti pentingnya penguatan pemahaman dan pendekatan berbasis data, budaya, dan ekosistem filantropi di Indonesia. Indonesia memiliki budaya filantropi yang panjang dan mengakar, tercermin dalam tradisi gotong-royong dan nilai-nilai keagamaan. Namun, warisan ini belum terakomodasi secara strategis dalam ekosistem filantropi saat ini. Oleh karena itu, budaya perlu dijadikan sebagai fondasi untuk pengembangan ekosistem yang inklusif dan transformatif sehingga filantropi tradisional dan filantropi institusional dapat memberi dampak sosial yang lebih luas dan berkelanjutan.

Penelitian dan diskusi yang lebih mendalam diperlukan untuk memastikan bahwa praktik filantropi dapat terus berkontribusi pada pembangunan sosial yang inklusif dan berkelanjutan. Komitmen ini diwujudkan melalui Peluncuran Piagam Budaya dan Penyusunan Piagam Ekosistem Filantropi, yang menjadi salah satu momen kunci dalam rangkaian festival.

“Peluncuran Piagam Budaya Filantropi menjadi pengingat penting bahwa praktik memberi di Indonesia memiliki akar nilai yang kuat. Piagam ini adalah langkah kolektif untuk memperkuat budaya filantropi sebagai fondasi pembangunan yang adil, inklusif, dan relevan secara global. Sementara itu, penyusunan Piagam Ekosistem Filantropi tengah dimulai melalui proses Rembuk Nasional di FIFest2025 sebagai ruang partisipatif untuk menghimpun masukan lintas sektor,” ungkap Prof. Amelia Fauzia, Ph.D., Co-lead Dewan Pakar PFI dan Direktur Social Trust Fund UIN Jakarta.

Sebagai bagian dari pembukaan resmi, dilakukan pula penyerahan 6 (enam) publikasi strategis dari Perhimpunan Filantropi Indonesia kepada Kementerian PPN/Bappenas. Publikasi ini mencakup kajian tematik di bidang kesehatan, pendidikan, pengentasan kemiskinan ekstrem, perubahan iklim, pemberdayaan ekonomi, serta rekomendasi kebijakan fiskal dan tata kelola filantropi. Penyerahan ini menjadi wujud nyata kontribusi filantropi dalam memperkuat perencanaan pembangunan nasional berbasis data dan kolaborasi lintas sektor.

“Publikasi‑publikasi ini memperkaya basis data perencanaan nasional dan menunjukkan bagaimana sektor filantropi dapat menjadi mitra pengetahuan yang strategis bagi pemerintah. Temuan dan rekomendasinya, mulai dari kesehatan hingga perubahan iklim, akan kami integrasikan ke dalam dokumen perencanaan serta proses penganggaran berbasis bukti. Sinergi seperti ini penting agar visi Indonesia Emas 2045 dan target SDGs dapat tercapai melalui kolaborasi lintas sektor yang terukur dan berkelanjutan,” pungkas Menteri Rachmat.

Rangkaian FIFest2025 dihadiri oleh pemangku kepentingan dari sektor filantropi, pemerintah, dunia usaha, masyarakat sipil, dan akademisi, baik dari tingkat nasional maupun internasional. Antusiasme yang tinggi tercermin dari partisipasi lebih dari 90 pembicara terkemuka, 50 kolaborasi dan pameran yang menampilkan inovasi dan inisiatif berdampak, serta lebih dari 3.500 peserta yang hadir. FIFest2025 juga menjadikannya sebagai salah satu ruang temu filantropi paling berpengaruh di Indonesia yang mendorong aksi kolektif lintas sektor menuju pembangunan berkelanjutan.(Red)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *